04/02/2009

KIAT MENGATASI MASA PUBERTAS PADA ANAK


Ada satu fase dari pertumbuhan anak yang paling dikhawatirkan oleh para orang tua, karena pada fase ini seorang anak mulai beranjak dari masa kanak-kanak ke masa pengenalan jati dirinya. Fase ini sering disebut dengan masa pubertas atau pancaroba.

Pada fase ini, seorang anak berada di persimpangan jalan antara istiqamah dan penyimpangan!? Oleh karena itu, mengatasi dan melewati fase ini dengan mulus merupakan harapan setiap orang tua!

Definisi Pubertas
Dari aspek biologis, pubertas merupakan fase yang dimulai dari usia baligh alias kematangan biologis hingga terbentuknya tulang secara sempurna yang sering dinamakan dengan fase baligh. Fase ini biasanya berada antara usia 12 tahun dan 18 tahun.
Bila dibagi, maka menjadi dua fase:
Pertama; fase Pubertas. Yaitu dari usia 12-14 tahun, merupakan fase menam-pakkan sikap sangat kasar dan bergejolak.
Ke Dua; fase Baligh. Yaitu dari usia 14-18 tahun di mana tingkat kekasaran sudah berkurang, namun masih merupakan perpanjangan dari fase pertama.

Masa Pubertas Identik dengan Prilaku Negatif?

Sejumlah kajian dan penelitian ilmiah membantah teori yang berpandangan bahwa fase pubertas adalah fase topan dan badai kejiwaan. Keguncangan jiwa yang mencolok pada diri seorang anak yang memasuki masa pubertas tidak lain adalah proses alami akibat perubahan biologis yang dilewatinya, yaitu fase kejiwaan yang memiliki karakteristik umum di kalangan semua individu manusia di mana pun mereka berada.
Realitasnya, teori ini tidak benar sebab sangat jelas ditentang oleh pendapat yang santer sekarang ini, yaitu pandangan bahwa problematika pubertas, bila pun ada, maka itu dilatarbelakangi oleh kondisi kebudayaan, sosial, dan pertumbuhan yang dialami seseorang, bukan sekedar perkembangan biologis saja!
Beberapa penelitian yang dilakukan di negara Arab dan di luarnya terhadap sejumlah anak-anak yang memasuki masa Pubertas berakhir pada kesimpulan:
 Masa Pubertas tidaklah mesti merupakan masa 'topan dan badai' kejiwaan.
 Fase Pubertas dianggap fase perpindahan dari masa kanak-kanak yang bergantung sepenuhnya kepada orang lain kepada fase baligh, yang matang, independen, dan mandiri.

Beberapa Kesalahan Sebagian Orang Tua dalam Mendidik Anak
Kesalahan-kesalahan ini banyak sekali dan beragam, namun di sini, hanya akan disinggung sejumlah kesalahan yang memiliki dampak kejiwaan, sosial, dan akhlaq yang selanjutnya berpengaruh langsung dalam penyimpangan si anak yang memasuki masa Pubertas, di antaranya:

1. Tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menangani dan mengurusi sendiri urusan dan permasalahannya dengan membantunya, mengemban tanggung jawab dan menyelesaikan berbagai persoalan mewakilinya. Sementara sang anak merasa semua kewajibannya telah dirampas keluarganya, atau digantikan sang sopir, bila memiliki sopir, misalnya. Akibatnya, mereka seakan hidup dalam kekosongan, yang pada akhirnya menjadi sebab kebobrokan mereka. Padahal Rasulullah shallallahhu ‘alaihi wasallam melatih anak-anak kaum Muslimin sejak kecil untuk memikul tanggung jawab dalam bidang-bidang yang beragam dan menanggung beban kehidupan.

Hal ini seperti digambarkan dalam hadits Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang saat aku bermain bersama bocah-bocah lainnya, lalu beliau memberi salam kepada kami, lalu mengutusku untuk suatu urusan.” Sebelum pergi, aku menemui ibuku lalu ia bertanya, “Apa keperluan beliau itu.?” Aku berkata, “Itu rahasia.!” Ia berkata, “Kalau begitu, jangan ceritakan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini kepada siapa pun.!'" Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, "Demi Allah, andaikata boleh aku menceritakannya kepada seseorang, pastilah sudah aku ceritakan hal itu kepadamu, wahai Tsabit.!" (HR. Ahmad)

Pelajaran yang dapat diambil dalam hadits ini:

Pertama. Adanya perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam melatih dan membiasakan anak-anak kecil untuk melakukan sebagian pekerjaan demi meneguhkan jati diri mereka dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan.

Kedua, Keteguhan seorang shahabat mulia semacam Anas radhiyallahu ‘anhu untuk menjaga rahasia dan tidak menyebarkannya kepada siapa pun.

2. Kontrol seorang ayah yang terus-menerus dan langsung terhadap si anak yang memasuki usia Pubertas dengan menemaninya sepanjang hari tanpa mempedulikan kecenderungan dan kesenangannya atau pun memenuhi kebutuhan psikologis dan sosialnya. Sang ayah memaksakan kehendaknya dalam memilih sesuatu, padahal si anak masih memiliki keinginan utama, yaitu bermain dan mengembangkan bakatnya. Alasannya, demi menjaga anaknya dari penyimpangan dan teman buruk. Sekali pun ada sisi positifnya, tetapi lebih banyak negatifnya, seperti melemahkan kepribadian sang anak dan membuatnya mudah menjadi korban penyimpangan dan teman buruk begitu ia merasa bebas nantinya, baik karena meninggal, jatuh sakit atau sudah tuanya sang ayah, terjadinya perceraian, 'broken home atau lainnya. Karena tidak ditanamkannya rasa percaya diri, kemandirian dan menjaganya dengan norma-norma Islami, maka bisa jadi sang anak akan demikian mudah tergoda dengan peradaban Barat melalui beragam media seperti radio dan televisi yang sudah masuk ke dalam rumah!?

3. Robohnya pagar kokoh yang dibangun Islam dalam membentengi keluarga dan menjaganya dari penyimpangan dan kebobrokan karena meniru gaya Barat. Perasaan dan rasa kecemburuan dalam jiwa seakan telah mati. Hal ini memberikan ruang masuknya fitnah dan kejahatan pada keluarga dan anak-anak yang memasuki usia pubertas. Dengan tindakan sang ayah membawa orang-orang yang tidak diizinkan agama hadir di tengah keluarganya, baik dengan alasan hubungan kerabat; kerabat bagi suami atau isteri. Atau pun dengan alasan teman suami, kakaknya, pembantu, guru pria sang anak perempuan dan beragam alasan lainnya. Inilah tipe suami dan laki-laki 'Dayyuts' yang tidak akan masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tiga orang yang telah Allah haramkan masuk surga: pecandu khamer, pendurhaka terhadap kedua orang tuanya dan Dayyuts (suami berprofesi germo) yang menyetujui perbuatan keji dalam keluarganya." (HR. An-Nasa'i)

4. Membiarkan si anak yang memasuki usia pubertas tanpa pengawasan dan terapi dari sejak pertama terjadinya penyimpangan.

5. Kebiasaan merokok di depan mata anak-anak plus lemahnya pengetahuan agama. Hal ini mendorong anak yang dalam usia pubertas untuk meniru sang ayah dan menyeretnya berada di persimpangan jalan.!

6. Penjagaan yang berlebihan karena takut bahaya mengancam sang anak

7. Tidak memberikan perhatian dan pengarahan pada anak.

8. Memanjakan sang anak dan me-nuruti apa saja kemauannya tanpa mengajarkannya untuk memiliki rasa tanggung jawab.

9. Tindak kekerasan terhadap anak berupa sanksi fisik atau lainnya.

10. Membeda-bedakan antar anak yang satu dengan yang lainnya.

S o l u s i
Di antara solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masa pubertas anak adalah:
1. Menanamkan Rasa Percaya Diri Pada Diri Anak
Secara umum, sebagian anak yang memasuki usia pubertas ada yang mengalami rasa takut yang berlebihan dalam banyak sisi kehidupannya, seperti takut bertemu dengan para tamu, takut menghadapi ujian, takut berbicara di tengah masyarakat mana pun atau momen apa pun karena khawatir dikritik atau salah. Kelompok anak ini mengalami krisis kurang percaya diri, merasa tidak aman dan nyaman akibat pendidikan yang salah, terutama sikap ketergantungan pada orang lain. Terkadang timbul hal-hal lainnya, seperti tidak mampu berbicara, malu, stres, cemas dan sebagainya. Karena itu, kedua orang tua harus menanamkan rasa percaya diri pada diri anak-anak mereka dan memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial mereka yang bertujuan mengaitkan mereka dengan orang lain dan merealisasikan sikap mandiri.
2. Menanamkan Norma-Norma Islami
Tidak dapat disangkal lagi, ini merupakan hal yang amat agung yang mesti diperhatikan para orangtua. Sebab norma ini berpedoman pada akidah yag diambil dari prinsip-prinsip yang mulia. Ia tidak akan bertentangan dengan perkembangan zaman dan tempat karena ia berasal dari Allah subhanahu wata’ala. Karena itu, adalah kewajiban para pendidik untuk menanamkan norma-norma yang menyeru kepada keadilan, persamaan (egaliter), persaudaraan, kecintaan, dan toleransi dalam berinteraksi dengan manusia itu.
3. Mendidik Anak untuk Memperbaiki Niat dan Amal
Islam dengan ajarannya yang mulia datang untuk mengarahkan manusia agar memiliki niat yang baik dalam beramal. Sebab niat yang tulus merupakan pondasi amal. Karena itu, para orang tua harus membimbing anak-anak mereka agar mem-perbaiki niat dan amal serta antusias untuk beribadah, jauh dari pertimbangan kuantitas dan penampilan. Masalah niat ini merupakan hal dasar dan utama dalam Islam yang memasuki hampir semua bab Fiqih sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niat.” (HR. Muslim) [Hanif Yahya]
(Sumber): “Al-Murahaqah, Muftariqith Thurufq Baynal Istiqamah Wal Inhiraf”, karya Dr. Ibrahim bin Hamud al-Musyaiqih

06/01/2009

Mengapa Nabi saw Sehat ?


Oleh : Izzudin Karimi

Kesehatan dan keselamatan termasuk nikmat Allah yang paling berharga kepada hambaNya, pemberianNya yang paling besar, karuniaNya paling agung, orang yang dilimpahi nikmat ini patut dan pantas memperhatikan, menjaga dan memeliharanya dari musuhnya, Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda, “Dua nikmat di mana banyak manusia tertipu padanya, kesehatan dan waktu luang.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Bakar berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Mintalah keyakinan dan keselamatan kepada Allah, seseorang tidak diberi sesuatu setelah keyakinan yang lebih baik daripada keselamatan.”(Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Syuaib dan Abdul Qadir al-Arnauth dalam ta`liq atas Zad al-Ma’ad).
Apabila kita menengok kehidupan Rasulullah saw maka kita mendapati bahwa beliau sehat seumur hidup, banyak faktor yang menunjang sehatnya beliau, salah satunya dan yang terpenting di samping panjagaan dari Allah adalah faktor makan dan minum. Siapa pun mengetahui bahwa makan dan minum berperan penting dalam menjaga sekaligus merusak kesehatan, makan dan minum ibarat pisau bermata ganda, jika ia diatur dengan baik maka akan memberi manfaat bagi tubuh, sebaliknya akan merusak dan memicu penyakit bagi tubuh. Inilah rahasia dari Firman Allah, “Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan.”(Al-A’raf: 31).
Allah membimbing hamba-hambaNya agar makan dan minum yang bisa menegakkan badan dan dalam kadar yang bisa memberi manfaat kepada badan baik dalam jumlah dan cara, lebih dari itu merupakan israf (berlebih-lebihan) yang bisa memicu penyakit. Dahulu orang-orang Arab berkata, ‘al-bathnu bait ad-da`, perut itu adalah sarang penyakit.
Dari sini maka mengungkap fakta mengapa Nabi saw sehat berarti mengungkap fakta makan dan minum beliau, Imam Ibnul Qayyim -semoga Allah merahmatinya- dalam Zad al-Ma’ad jilid 4 mengungkap fakta makan dan minum beliau, di antara yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim -semoga Allah merahmatinya,

1- Nabi saw tidak membatasi diri pada satu macam makanan di mana beliau tidak makan selainnya, ini artinya Nabi saw makan secara berimbang, Ilmu kesehatan modern mengakui kebenaran perbuatan Nabi saw ini, makan yang dibatasi pada satu atau jenis makanan tertentu tidak baik dari sisi keseimbangan tubuh, akibatnya tubuh kehilangan keseimbangannya yang berujung kepada rusaknya kesehatan. Nabi saw saw makan daging, buah-buahan, roti, kurma dan lain-lainnya, beliau makan yang ada dan biasa di makan oleh kaumnya. Jika salah satu makanan memerlukan penyeimbang maka beliau akan makan penyeimbangnya, seperti panasnya kurma beliau seimbangkan dengan semangka, jika tidak ada penyeimbangnya maka beliau makan secukupnya tanpa berlebih-lebihan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

2- Nabi saw menyukai daging dan yang paling beliau sukai adalah sampil. Dalam ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah berkata, “Kami bersama Rasulullah saw dalam sebuah jamuan, beliau disuguhi sampil, ia memang disukai oleh beliau, beliau menggigitnya…” Kita melihat bahwa sampil termasuk bagian yang rendah lemaknya, ringan bagi perut sehingga ia mudah dicerna di samping memberi kekuatan bagi tubuh, ini merupakan salah satu ciri makanan yang baik, makan makanan dengan ciri ini lebih baik dan lebih menjaga kesehatan daripada makan selainnya dalam porsi besar.

3- Nabi saw menyukai madu, gara-gara kesukaan beliau kepada madu sampai terjadi masalah di antara sebagian istri beliau karena beliau sedang menikmati madu di rumah salah seorang istrinya. Manfaat madu bagi kesehatan bahkan penyembuhan tidak diragukan sejak dulu sampai sekarang, diakui oleh seluruh kalangan, direkomendasikan oleh ilmu kesehatan, tidak mengherankan karena ayat al-Qur`an berkata, “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.”(An-Nahl: 69). Dalam Shahih al-Bukhari dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi saw bersabda, “Kesembuhan ada pada tiga: Minum madu…

4- Nabi saw makan kurma bahkan menyukainya, Aisyah salah seorang istri beliau pernah bercerita bahwa selama dua bulan tidak ada api yang menyala di rumahnya –maksudnya tidak masak- dia dengan Rasulullah hidup selama itu hanya dengan aswadan, kurma dan air. Dalam momen-momen tertentu beliau menganjurkan umatnya makan kurma, seperti pada saat berbuka puasa. Dalam al-Qur`an kurma sering disinggung, bahkan ketika Maryam ibu Isa hendak melahirkan dan dia mendapatkan kesengsaraan seperti dia dapatkan, Allah menyediakan untuknya kurma sebagai makanan. Semua ini bukan kebetulan atau karena kurma merupakan buah yang melimpah di sana, akan tetapi lebih dari itu, ternyata kurma itu mengandung apa yang dikatakan oleh Z.A. Maulani dari istrinya, “Istri saya itukan berlangganan dengan majalah American Medical Journal, dia memberitahukan kepada saya, ‘Zen’ katanya, ‘Masya Allah’ dia bilang, ‘Dari riset yang dilakukan oleh American Medical Journal itu ternyata kurma itu menyimpan hampir semua vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia…” (Dikutip dari Mengkritisi Debat Fikih Lintas Agama, Hartono Ahmad Jaiz hal. 87).

5- Nabi saw makan secukupnya, tidak sampai pada tingkat berlebih-lebihan atau kekenyangan, karena makan yang mencapai tingkat kekenyangan lebih-lebih jika ia merupakan kebiasaan tidak baik bagi tubuh dan bisa memicu penyakit-penyakit yang bermacam-macam. Dari sini maka beliau menyarankan manusia agar makan seperti dalam sabda beliau, “Manusia tidak mengisi bejana yang lebih buruk daripada perut, cukup bagi Bani Adam beberapa suapan yang menegakkan tulang sulbinya, jika memang harus melakukan maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.”(HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya shahih menurut muhaqqiq Zad al-Ma’ad). Dari Zad al-Ma’ad, Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

05/01/2009

Melacak Karakter Istri Sholihah


Artikel singkat ini menyajikan beberapa karakter perempuan sholihah yang diungkapkan beberapa ayat al-Quran. Pengungkapan ayat-ayat ini dikaitkan dengan upaya pembangunan keluarga yang diliputi suasana tentram, cinta kasih dan sayang atau keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (samara) sebagaimana diungkapkan pada ayat:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Ayat-ayat yang digunakan sebagian terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri. Sebagian ayat lain tidak terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri, akan tetapi bila kita telusuri lebih jauh, ayat-ayat ini berkaitan secara tidak langsung dengan posisi istri, semisal pengungkapan ayat-ayat terkait kisah Ratu Bilqis pada surat an-Naml atau ayat-ayat yang menggambarkan sifat para bidadari di surga. Insya Allah ayat-ayat ini akan diungkapkan dalam kerangka mengungkapkan karakter istri sholihah.
Untuk memudahkan pengkajian, penulis mengelompokkan ayat-ayat untuk menggambarkan karakter istri sholihah dalam tiga profil, yaitu:
1. Profil Kekasih
2. Profil Ibu
3. Profil Sahabat

1. Profil Kekasih

1.1. Taat kepada Allah
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. 66:5)
Menurut Muhammad Qutb, secara khusus ayat di atas merupakan pembelajaran bagi istri-istri Nabi, tentang makna kemuliaan sebagai istri di hadapan Allah swt. Akan tetapi orang beriman mendapatkan limpahan kerunia karena dapat mengambil pelajaran berharga dari pengajaran Allah ini.
Seorang perempuan sholihah itu pertama kali disifati dengan karakter ketaatannya kepada Allah swt. Mengapa kita menempatkan ketaatan kepada Allah ini sebagai karakter utama seorang kekasih? Jawabannya karena sebagai kekasih seorang itu mesti memelihara kecantikannya. Dan kecantikan hakiki seorang perempuan itu adalah pada ketaatan kepada Allah swt. Ini adalah puncak kecantikan batin, sebagaimana digambarkan Ibnul Qayyim. Dan kecantikan batin ini akan memperindah dan menyempurnakan kecantikan lahir.
Ketaatan kepada Allah diwujudkan dalam keimanan dan mewujudkan keyakinannya ini dalam amal perbuatan, taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan bagi perempuan muslimah, yang cepat menyadari kekeliruan dengan bertaubat, yang rajin beribadah, berpuasa dan senantiasa menjelajah kerajaanNya, ciptaanNya dan tanda-tanda keesaanNya dan kebenaran pengaturanNya di alam semesta. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari sifat keislaman bagi muslimah sholihah.
Diantara ketaatan praktis kepada Allah swt yang saat ini banyak ditinggalkan perempuan muslimah adalah berbusana menutup aurat (QS an Nuur:31 dan al-Ahzab:59). Ini merupakan fitnah yang amat serius, sebab Rasulullah saw pernah menegaskan,”Orang-orang perempuan yang berpakaian tetapi seperti telanjang, meliuk-liukan badannya dan rambutnya disasak, mereka tidak akan masuk surga, juga tidak akan mencium baunya surga, padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak amat jauh.” (HR. Muslim)

1.2 Taat kepada Suami
Perempuan yang sholihah, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri 289 ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) 290 (QS. 4:34)
289: Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
290: Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
Rasulullah saw menyampaikan,”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya,dan taat kepada suaminya, maka akan dipersilakan kepadanya: masuklah ke Surga dari pintu mana yang kamu suka.” (HR Ibnu Hibban, al-Bazzar, Ahmad dan Thabrani, Albani menyatakan keshahihannya).
Pada pengajarannya yang lain, Rasulullah saw berkata,”Perempuan mana saja yang meninggalkan dunia sementara suaminya meridhainya pasti masuk Surga.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sebaliknya kedurhakaan kepada suami akan mendatangkan kutukan dari Allah, para malaikat dan segenap manusia. Cukuplah pelajaran yang terdapat pada surat at-Tahrim menjadi peringatan bagi kaum muslimah.
Diantara sikap taat para istri kepada para suami adalah meminta ijin kepada suami jika hendak keluar rumah (tidak keluar rumah kecuali dengan ijin suami), tidak meminta bercerai tanpa alasan yang dibenarkan syariah, menjaga kesopanan dan kehormatan saat keluar rumah, tidak mengeraskan suara melebihi suami, tidak membantah suaminya dalam kebenaran, dan tidak menerima tamu yang dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan lelaki lain.

1.3. Lembut dan Pemalu
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami” … (QS. 28:25)
Al Quran yang merupakan kalam Allah tak pernah menyampaikan sesuatu yang sia-sia. Begitu pula dengan disampaikannya sifat malu-malu pada ayat di atas, tentulah tersimpan hikmah untuk menggambarkan kemuliaan sifat perempuan.
Malu sendiri adalah bagian dari iman. Bahkan sebuah hadits pada Kumpulan 40 Hadits an-Nawawiy mengungkapkan: “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan.” Penafsiran hadits ini paling tidak ada dua. Pertama, malu menjadi parameter apakah sebuah perbuatan layak dilakukan atau tidak. Kedua, orang yang rendah rasa malunya, akan melakukan apapun yang dia mau.
Sifat pemalu ini menunjukkan kemuliaan dan penjagaan kemuliaan dirinya. Bahkan sifat sopan dan pemalu ini dijadikan daya tarik pada bidadari, sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat berikut:
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya …(QS. 55:56)
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. (QS. 55:70-72)

1.4. Pencinta
Rasulullah saw bersabda,”Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR Muslim). Kata perhiasan terkait dengan makna keindahan. Seorang perempuan shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi suaminya. Isyarat tentang para bidadari menggambarkan keindahan dan keadaan penuh cinta pada mereka.
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. 56:22-23)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung 1452, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (QS. 56:35-37)
1452: Maksudnya mereka diciptakan tanpa melalui kelahiran dan menjadi gadis.
Rasulullah saw mengisyaratkan keadaan istri terbaik,”Istri yang paling baik adalah, bila suami memandang kepadanya memberikan kebahagiaan; Bila menyuruhnya, mentaatinya.; Bila sang suami bepergian, ia menjaga dirinya dan hartanya.” (HR An-Nasai dan dishahihkan oleh al-Iraqi).
Istri shalihah senantiasa menyenangkan hati suaminya dan menjaga suasana mesra tetap bersemi dalam keluarga. “Sesungguhnya apabila seorang suami menatap istrinya dan istrinya membalas pandangan (dengan penuh cinta kasih), maka Allah menatap mereka dengan pandangan kasih sayang. Dan jika sang suami membelai tangan istrinya, maka dosa mereka jatuh berguguran di sela-sela jari tangan mereka.” (HR Maisaroh bin Ali dari Abu Said bin al-Khudri).
Saat ini para suami dihadapkan pada godaan besar di sisi hubungan intim pria-wanita. Banyak perempuan yang secara sadar atau tidak telah menjadi penggoda kaum pria baik langsung ataupun tak langsung. Maka menjadi salah satu tanggung jawab mulia bagi para istri untuk membantu para suami mencurahkan cinta mereka pada sesuatu yang halal. Di sinilah makna larangan bagi para istri menolak ajakan para suami, seperti tercatat dalam pengarahan Rasulullah saw berikut ini:
“Bila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu ia menolak sehingga suaminya semalaman marah kepadanya, maka malaikat mengutuknya hingga pagi.” (Muttafaqun alaihi)
Jadi hadits ini mesti ditempatkan dalam kerangka menjaga hubungan mesra dan cinta; Bukan menempatkan perempuan dalam posisi tertekan dan terpaksa dalam menjalankan hubungan intim suami-istri.

2. Profil Ibu

2.1. Memiliki Visi Pendidikan untuk Mengabdi kepada Allah
Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (QS. 3:35-36)
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. 46:15)
Ayat-ayat di atas mengajarkan agar para Ibu muslimah menjadikan visi terbesar pendidikan anak untuk menjadikan mereka para hamba Allah yang senantiasa berkhidmat kepada Allah swt. Kesuksesan utama orang tua dalam pendidikan anak adalah manakala mereka menjadi orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah.
Sikap syukur ini menyiratkan kebaikan-kebaikan mereka terhadap sesama manusia. Sebab syukur dalam makna yang luas berarti memanfaatkan segala kebaikan Allah swt untuk mentaatiNya. Artinya berbagai perbuatan kebajikan adalah perwujudan terima kasih kita kepada Allah. Dalam kerangka berpikir ini kita menemukan pentingnya pendidikan bagi anak, sebab pendidikan lah yang akan membuat seorang manusia memiliki karakter atau akhlak mulia.
Untuk itu seorang Ibu dituntut melengkapi wawasan dan pengetahuannya untuk mendidik anak-anak. Diantara pengetahuan mendasar bagi anak-anak adalah:
§ Dalam sisi keagamaan: tilawah Quran (serta pemahamannya pada hal-hal mendasar) dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya ra. Pengetahuan dasar keagamaan ini akan menjadi fondasi bagi kekokohan aqidah dan akhlak.
§ Dalam sisi pengetahuan dan keterampilan umum: komunikasi-berbahasa (termasuk sastra), logika-matematika, pengetahuan sejarah dan musik-bernyanyi.
2.2. Memiliki Keyakinan Kuat terhadap Janji Allah
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. 28:7)
Dalam menghadapi berbagai tantangan jaman, seorang Ibu mesti senantiasa optimis, bahwa Allah akan menolong mereka mendidik anak-anaknya menjadi manusia berguna di masa depan. Sikap teguh Ibunda Nabi Musa sebagaimana digambarkan pada surat al-Qashash menjadi teladan utama dalam bersikap yakin akan bantuan Allah swt ini.
Ibu Musa ditakdirkan melahirkan anaknya dalam kondisi amat berat, yaitu ketika Firaun, penguasa yang amat zhalim saat itu, mengeluarkan perintah untuk membunuh anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, karena alasan ketakutan akan runtuhnya kerajaannya. Akan Allah swt memerikan keteguhan kepada Ibu Musa dan dengan dibantu oleh kakak perempuan Musa, Ibu Musa berhasil melalui masa-masa sulit tersebut untuk melindungi dan memelihara Musa.
Kisah di atas menjadi pelajaran berharga bagi para ibu muslimah. Saat ini tantangan yang dihadapi dalam mendidik anak-anak amat besar. Kita dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mendidik anak-anak, mulai dari seleksi pendidikan yang berkualitas, tantangan finansial, tantangan lingkungan hingga tantangan pada diri kita sendiri. Untuk tantangan lingkungan, kita menyaksikan banyaknya “polusi” berita dan informasi tentang kekerasan atau tindakan a-susila baik dalam bentuk tulisan ataupun tayangan-tayangan audio visual.
Dalam kondisi ini peran para Ibu amatlah besar untuk menjaga anak-anak agar tumbuh pada fitrah kesuciannya. Modal paling besar bagi para Ibu adalah kedekatan dengan Allah swt, memahami pengarahan (taujih) dan pengajaran dari Allah swt melalui al-Quran dan sunnah NabiNya. Untuk itu para Ibu hendaknya senantiasa mengadakan pengkajian yang mendalam terhadap dua sumber utama ajaran Islam ini
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)

2.3. Penuh Suka Cita dalam Mendidik
Dan berkatalah istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa’at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedangkan mereka tiada menyadari. (QS. 28:9)
Sikap kasih sayang kepada anak-anak adalah fitrah yang Allah berikan kepada para Ibu untuk mendidik anak-anak mereka. Selama fitrah ini terjaga baik, seorang Ibu akan menjadikan perhatian pada anak sebagai perhatian terbesar dalam hidupnya. Kisah jatuh cintanya Asiyah istri Firaun kepada bayi Musa diabadikan al Quran untuk menggambarkan fitrah ini. Padahal Musa bukanlah anak kandungnya sendiri. Hendaknya sikap kasih sayang ini terus menyertai proses pendidikan anak.
Satu tantangan yang dihadapi para Ibu masa kini adalah tarikan untuk berkarir dan mencari penghasilan yang besar. Tarikan ini terjadi karena struktur sosial-ekonomi-masyarakat yang “memaksa” sebagian ibu-ibu untuk bekerja mencari nafkah. Padahal di dalam ajaran Islam, kewajiban mencari nafkah ini ada pada pundak para bapak. Motivasi lain adalah karena adanya kelemahan pola hubungan suami-istri. Sebagian istri merasa khawatir dirinya direndahkan oleh suami apabila tidak memiliki penghasilan sendiri. Tentu saja kondisi ini pun tidak seharusnya terjadi dalam keluarga muslim, sebab ajaran Islam telah memerintahkan para suami untuk bersikap kasih sayang dan adil dalam memimpin rumah tangga. Yang patut diwaspadai adalah ketika kaum perempuan justru sangat menikmati karirnya, sehingga meletakkan masalah pendidikan dan kasih sayang kepada anak pada prioritas ke sekian dibandingkan karirnya. Bahkan misalnya pada sebagian kalangan perempuan ada pandangan bahwa memiliki anak itu akan mengganggu karir mereka.

3. Profil Sahabat (Mitra)

3.1. Pencari Kebenaran
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat 1462. (QS. 58:1)
1462: Sebab turunnya ayat ini adalah berhubungan dengan persoalan seorang wanita yang bernama Khaulah binti Tsa’labah yang telah didzihar oleh suaminya Aus bin Shamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: “Kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku”, dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah kalimat seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. Dan pada riwayat yang lain, Rasulullah saw mengatakan: “Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia”. Lalu Khaulah berkata: “Suamiku belum menyebut kata-kata thalak”. Kemudian Khaulah berulang-ulang mendesak Rasulullah saw agar menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.
Seorang muslimah hendaklah terus bersemangat mencari dan menegakkan kebenaran sebagaimana ditunjukkan pada contoh sahabiyah Khaulah binti Tsalabah ini. Dengan demikian ia akan menjadi partner diskusi yang handal bagi suaminya.

3.2. Memiliki Kriteria Tepat tentang Pendamping Hidup
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. 28:26)
Menilik ayat di atas, sepertinya karakter ini berlaku bagi mereka yang belum menikah. Ayat di atas mengungkapkan kalimat putri seorang yang sholih di negeri Madyan, negeri tempat Musa muda melarikan diri dari kejaran Firaun. Sebagian penafsir mengatakan orang sholih ini adalah Nabi Syu’aib as. Begitulah gambaran seorang gadis yang cerdas dan sholihah menginterpretasikan sifat baik seorang pemuda. Ia tempatkan gejolak curahan hatinya mencari pasangan hidup, sekaligus melindungi posisinya dari kemestiannya bekerja dengan saudara perempuannya, karena sang ayah telah lanjut usia. Sang ayah pun memahami rahasia yang disembunyikan anak gadisnya. Setelah berbincang dengan Musa, ia menawari Musa untuk bekerja di tempatnya, dan ia berjanji akan menikahkan Musa dengan putrinya (kisah ini ada pada rangkaian ayat di atas, sebelum dan sesudahnya)
Akan tetapi bagi para muslimah yang telah menikah pun kisah di atas mengungkap pelajaran berharga. Perhatikanlah, perempuan sholihah meletakkan parameter lahir dan batin secara seimbang dalam berinteraksi dengan pasangan hidupnya. Maka semestinya apresiasi seorang istri kepada pasangannya pun selalu seimbang diantara sisi fisik dan psikis. Dalam kehidupan berumah tangga ini dapat diterjemahkan dalam bentuk perhatian pada pola makanan, pola istirahat, olah raga dan juga pada pola pendidikan serta pola ibadah ritual yang senantiasa mewarnai kehidupan suami-istri. Semakin panjang usia pernikahan, semakin terasa kebutuhan untuk saling mengingatkan dalam menjaga kondisi prima fisik dan psikis.

3.3. Kesetaraan di Hadapan Allah
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam”. (QS. 27:44)
Ketika Ratu Balqis telah menyaksikan kerajaan besar yang Allah karuniakan kepada Nabi Sulaiman as dan mengetahui siapakah yang benar-benar harus disembah di muka bumi ini, sadarlah ia bahwa ternyata perbuatannya dan kaumnya (di antaranya menyembah matahari) adalah perbuatan yang zhalim. Akan tetapi perhatikanlah, Ratu Bilqis tidak pernah menyatakan ketundukan kepada Sulaiman. Yang ia ucapkan adalah bahwa ia bersama Sulaiman tunduk patuh, berserah diri kepada Allah swt.
Dari ayat ini kita mendapatkan taujih Rabbani (pengarahan Ilahi), bahwa kedudukan kaum perempuan dan kaum lelaki di hadapan Allah swt itu sama, yaitu sebagai hamba. Islam telah memuliakan kedudukan kaum perempuan. Untuk itu kaum muslimah hendaknya senantiasa menjaga kemuliaan ini dan bahu-membahu bersama para suami mereka dalam menegakkan kebenaran.

3.4. Berkontribusi Aktif dalam Kerja Sosial dan Da’wah
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min 1219, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
1219: Yang dimaksud dengan “orang muslim” di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud “orang yang mu’min” di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain 259. (QS. 3:195)
Sebab turunnya dua ayat di atas terkait langsung dengan kehidupan para muslimah di masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Ayat pada surat al Ahzab turun karena adanya ucapan Ummu ‘Imarah al-Anshari kepada Rasulullah saw,”Kami menyaksikan segala sesuatu (terkait ajaran Islam) hanya bagi lelaki dan kami tidak melihat kaum perempuan disebut-sebut.” (diriwayatkan at-Tirmidzi melalui Ikrimah). Atau melalui Ibnu ‘Abbas diriwayatkan bahwa para muslimah berkata kepada Nabi saw,”Ya Rasulullah, mengapa hanya disebutkan kaum beriman lelaki dan tidak disebutkan kaum beriman perempuan?” (diriwayatkan ath-Thabrani). Sedangkan pada riwayat lain dikabarkan bahwa para muslimah menanyakan mengapa hanya para istri Nabi yang disebutkan. Mereka berkata,”Kalaulah pada kami ada kebaikan, tentu kami disebutkan.” Maka Allah swt menurunkan ayat di atas. (diriwayatkan Ibnu Sa’ad dari Qatadah)
Adapun untuk ayat pada akhir surat Ali ‘Imran, diriwayatkan bahwa Ummu Salamah berkata,”Ya Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan dalam peristiwa Hijrah sedikitpun.” Maka Allah swt menurunkan ayat tersebut. (diriwayatkan oleh Abdur Razaq, Said bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Abi Hatim).
Setelah kita ketahui konteks sosial sebab turunnya, ayat-ayat di atas semakin meneguhkan adanya peran sosial dan da’wah yang penting dari kaum perempuan sejak masa pertama turunnya ajaran Islam. Ini berlaku bagi semua perempuan. Mereka tidak kalah dengan kaum lelaki dalam melakukan seluruh aktifitas kehidupan, mulai yang sifatnya ibadah ritual hingga aktifitas sosial dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat.

WaLlaahu a’lamu bish shawwab.

04/01/2009

‘ETOS KERJA’ - SYARAT MUTLAK HIDUP BERKUALITAS

Albert Einstein, bapak bom atom, penemu ‘teori relativitas’, yang merumuskan bahwa Energi adalah berbanding lurus dengan Massa dikalikan kuadrat dari suatu konstanta yang relative sangat besar yaitu kecepatan cahaya, C = 300.000.000 meter/detik; Ketika ditanya rahasia dari kesuksesannya mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa jika kesuksesan itu dianalogikan sebagai sebuah besaran sejumlah 100% maka ketrampilan, kepintaran dan atau kecerdasan, yang sering disamakan dengan kejeniusan itu hanya menjadi penyumbang minoritas. Nilainya tidak lebih cuma 1% saja. Sedangkan penyumbang terbesar dari kesuksesannya, yang berjumlah tidak kurang dari 99% adalah ‘Kerja Keras’ dan ‘Usaha’ nya yang tak kenal lelah.

Berangkat dari pernyataan Albert Einstein di atas dan mengamati cerita sukses negara-negara maju tetangga kita di Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura. Dimana masyarakat dari negara-negara tersebut tak pernah tinggal diam, rajin bergerak dan senantiasa tekun dan konsisten dalam tugas keseharian mereka. Sehingga nampak jelas ada benang merah yang menghubungkan antara kesuksesan atau kemajuan suatu bangsa dengan semangat dan kerja keras ( Etos Kerja ) dari masyarakatnya.

Sampai disini penulis teringat dengan pengamatan penulis terhadap kondisi lingkungan kerja yang sehari-hari kita jalani. Yang masih terasa jauh panggang dari api. Begitu banyak orang yang tanpa merasa bersalah bermain game, membaca koran, majalah dan bahkan komik diwaktu kerja produktifnya. Mengobrol kesana-sini seolah-olah tempatnya bekerja adalah ‘club-rumpi’.

Buku K.H Toto Tasmara tentang ‘Membudayakan Etos Kerja islami’ yang pernah penulis baca, menggelitik penulis untuk mencoba menyampaikan apa yang diuraikan dengan sangat menarik oleh beliau tentang ‘Etos kerja’ diulas dari sisi budaya dan keyakinan yang dipercaya dan dianut oleh bagian terbesar dari masyarakat kita.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETOS?

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang terkait dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang sangat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single deffect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan kata ihsan, ditemukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-Naml:88). Akibatnya seorang yang berbudaya islami pastilah akan menunjukkan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu secara sangat bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati (mediocre). Dengan etos kerja yang bersumber dari ‘keyakinan’ akan ada semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya, ‘Aku ini seorang muslim, apakah pantas bekerja setengah-setengah? Apakah pantas menunjukkan hasil kerja yang tidak berkualitas? Bila Allah telah berbuat ihsan, mengapa aku tidak mengikutinya dengan berbuat ihsan juga? Sebagaimana firman-Nya,’... dan berbuat baiklah (ihsan) sebagaimana Allah telah berbuat baik (ihsan) kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan’. (al-Qashash:77).
Karena etos terkait dengan nilai kejiwaan, hendaknya kita harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan selalu rindu untuk menunjukkannya dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang sempurna. Akibatnya, cara kita mengekspresikan sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk menuju kepada perbaikan (improvement) dan terus berupaya dengan sangat bersungguh-sungguh menghindari yang negatif (fasad).

Etos yang juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah-daging. Dia merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik, bahkan sempurna, ‘nilai-nilai’ yang diyakininya dapat diwujudkan. Karenanya etos bukan sekedar kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri dan jati diri seseorang!

Etos menunjukkan juga sikap dan harapan seseorang. Seorang ulama besar islam, imam al Qusairi mengartikan harapan sebagai keterpautan hati kepada yang diinginkannya terjadi dimasa yang akan datang. Perbedaan antara harapan dan angan-angan (tamanni) adalah bahwasanya angan-angan membuat seseorang menjadi pemalas dan terbuai oleh khayalannya tanpa mau mewujudkan nya. Didalam harapan tersimpan kekuatan dahsyat yang terus bercahaya sehingga menyedot seluruh perhatiannya. Mereka terobsesi, terpikat dan terus berjalan untuk memenuhi harapannya tersebut. Mereka yang ingin mewujudkan harapan atau cita-citanya itu memiliki sikap ketabahan yang sangat kuat. Tidak gampang menyerah atau berganti haluan dari arah yang telah diyakininya, sesuai dengan apa yang dikatakan Qur’an : “Dan, janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali . . . “. (an-Nahl:92).

Kita menyaksikan begitu banyak orang yang berhasil dan mampu mengubah wajah dunia, mereka adalah orang-orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mewujudkan pengetahuan dan harapannya tersebut melalui semangat kerja yang tak kenal kata mundur atau menyerah. Hidupnya menjadi bermakna karena ada harapan. Pantaslah Allah swt menyeru kita untuk tetap memiliki harapan dan menggolongkan mereka yang berputus asa ke dalam golongan orang-orang yang sesat, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang yang sesat” (al-Hijr:56).

Untuk meraih harapannya, Ia kerahkan segala kekuatan dan potensi yang ada pada dirinya. Ia nyalakan semangat yang mengilhami seluruh gerak kehidupannya. Seakan-akan ada nyala api yang terus memantulkan cahaya memenuhi pikiran, hati dan tindakannya. Semangat ini mendorong perilaku yang tak kenal kata menyerah. Mereka yang pernah mengukir sejarah dunia adalah mereka yang tak kenal kata mundur. Bila kamus kehidupannya dibuka niscaya kamus mereka tidak lengkap karena ada satu kata yang hilang, yaitu kata ‘mundur’. Kenanglah semangat Rasulullah ketika beliau ditawari harta, tahta dan jabatan agar berhenti menegakkan kebenaran. Beliau menolak segala tawaran tersebut dan tetap teguh pada pendiriannya seraya berkata, ‘Walaupun matahari ditangan kananku, rembulan ditangan kiriku, tidak pernah ada kata mundur atau berhenti dari misi suci ini . . . “.

Harapan (HOPE), yang akan lebih mudah diingat dengan mengekspresikannya sebagai HOnorable Person, menjadikannya selalu mengasah mata pikirannya (head), melatih ketabahan dan ketajaman intuisinya (heart) dan membuktikannya dengan ketrampilan (hand). Menyadarkannya bahwa untuk mewujudkan impiannya itu dia harus berkualitas sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan (fastabiqul khairat). Itulah sebabnya untuk menjadi berkualitas, dia tak kenal berhenti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Sadar bahwa tiga potensi dirinya, yaitu : Head, Heart dan Hand hanyalah sebuah khayalan jika tidak ditambah dengan satu sikap yang mutlak diperlukan, yaitu : hard working!

Harapan (hope) hanya bisa diraih bila memenuhi kualitas kepribadian yang secara metaforis dapat digambarkan dalam rumus sebagai berikut:

Quality of your (Head+Heart+Hand) + Hard Working = Hope

Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi yang memiliki etos kerja. Kualitas adalah proses yang secara konsekuen menapaki jalan yang lurus. Dalam dunia usaha atau lapangan pekerjaan jalan yang lurus tidak lain adalah seluruh komitmen yang dijabarkan dalam ‘standard of procedure’ yang mencakup seluruh komitmen diri terhadap perusahaan. Setiap karyawan yang memiliki etos kerja tidak akan mengabaikan begitu saja seluruh proses yang ada karena setiap kalimat dari prosedur merupakan hasil dari buah pemikiran dan kesepakatan. Ia akan yakin bilamana prosesnya berkualitas niscaya akan berakhir dengan hasil yang berkualitas pula. Salah satu kata kunci dari kualitas perusahaan adalah terletak pada kualitas yang dimiliki oleh setiap individu dari perusahaan tersebut.

Kualitas berpikir (quality of your head) berarti kemampuan untuk mengorganisir seluruh unsur yang ada dilingkungan kita dengan mendaya- gunakan informasi yang tersedia. Kemampuan untuk menggambarkan sesuatu dalam bentuk yang abstrak, konseptual, yang kemudian memberikan kemampuan diri untuk mengambil keputusan, memecahkan persoalan-persoalan bahkan berpikir secara kreatif dan inovatif.
Berpikir berarti mengumpulkan informasi, mengolah dan kemudian mereproduksikannya dalam bentuk yang sesuai dengan yang diinginkannya. Bertambah banyak informasi berkualitas yang diperoleh, akan bertambah baik pula kemampuan dalam mengambil keputusan dan memecahkan persolan. Sehingga proses berpikir sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang pernah dimiliki, yang berhubungan dengan berbagai informasi dan masalah.

Dua anak kembar sekalipun belum tentu memiliki kemampuan berpikir yang sama, tergantung pada sejauh mana masing-masing anak tersebut memperkaya pengalaman batinnya masing-masing. Itulah sebabnya dalam dunia manajemen sumber daya manusia, peranan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus merupakan cara perusahaan untuk menanamkan investasi SDM (human investment) yang suatu saat akan memperkuat kualitas perusahaan tersebut. Pelatihan yang terkait dengan sikap tidak akan terasa kapan perubahannya, tetapi perubahan tersebut pasti ada. Sejalan dengan jawaban atas pertanyaan,’Sejak kapan, jam berapa dan tanggal berapa kita bisa berbicara dalam bahasa kita sendiri?’. Pada dasarnya pelatihan dapat dibagi menjadi dua, yang pertama pelatihan yang terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan (skill and knowledge) dan yang kedua terkait dengan sikap perilaku (attitude). Yang pertama merupakan kebutuhan pelatihan dalam bidang teknis yang secara umum sangat mudah diukur dan dilihat parameternya. Misalnya kemampuan seorang karyawan yang awalnya belum mengetahui software komputer. Setelah dilatih dalam bebarapa hari akan terlihat secara signifikan hasilnya. Yang kedua terkait dengan motivasi dan perubahan sikap. Hal ini tidak dapat secara spontan terlihat hasilnya. Ini membutuhkan waktu dan dukungan lingkungan atau organisasi dimana karyawan tersebut berada. Seorang karyawan yang telah mengikuti Super Achievement Motivation Training, akan sangat termotivasi dan ingin berbuat banyak. Tetapi akan tidak dapat berbuat banyak apabila sistem yang ada didalam perusahaan bahkan pemimpinnya belum memiliki paradigma yang sama.

Kualitas hati (quality of heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah Spiritual Intelligent, yaitu tanggungjawab atas dasar cinta kepada Illahi. Kualitas moral akan lebih menggetarkan hati bila dimulai dari prinsip-prinsip dasar atau keyakinan seseorang. Itulah sebabnya, kebutuhan yang paling mendasar bagi seorang karyawan saat ini bukan hanya terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan (quality of your hand and quality of your head), tetapi juga ketajaman nilai-nilai moral. Adapun pelatihan-pelatihan yang diasah berdasarkan nilai-nilai religius terasa sangat sedikit dan pada umumnya perusahaan-perusahaan banyak memilih pelatihan moral yang bersifat umum pula. Padahal banyak peserta yang setelah mengikuti Spiritual Management Training dan Etos Kerja merasakan adanya pencerahan batin, dan mengakui telah menghentikan kebiasaan-kebiasaan jeleknya termasuk datang ke kantor menjadi lebih tepat waktu dibanding sebelumnya.

Dengan demikian etos kerja berkaitan erat dengan harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap pekerjaan itu sendiri.

Apabila kita melihat dua orang sedang menggali tanah dan kita tanyakan, “Sedang apa kalian?” Mungkin saja si A menjawab, “Saya sedang menggali tanah. Lihat cangkul dan tanah galiannya,” sedang si B menjawab,”Ah...saya sedang membuat pondasi untuk membangun menara telekomunikasi!”

Apa yang bisa kita simak dari kedua jawaban ini? Si B memiliki etos kerja karena ia memberikan makna lebih dari sekedar menggali, yaitu sebuah proses untuk berdirinya sebuah menara telekomunikasi. Si B mempunyai tujuan, si B mempunyai harapan!

Si A berpikiran dangkal, berwawasan mikro, apa adanya, sedang si B berpikir makro bagaimana seharusnya. Si A menunjukkan nilai aktual, sedang si B menjawab yang esensial bahwa tanpa pondasi, dimanakah menara telekomunikasi akan berdiri, dan seakan-akan ia bangga karena pekerjaannya ini mempunyai makna.

Si A hanya berpikiran pada tingkatan What dan How yang bersifat teknis, sedang si B bertumpu pada wacana berpikir Why dan What if (concept).

Dengan demikian yang dimaksud etos kerja adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresi- kan, memandang, meyakini dan memberikan makna bahwa ada sesuatu yang mendorong untuk bertindak dan meraih amalan yang optimal (high performance).

Akhir tahun delapan puluhan ketika penulis pertama kali bekerja pada sebuah proyek konstruksi perbaikan kapal, penulis berjumpa dengan seorang sopir antar jemput karyawan kantor penulis yang telah berusia lebih dari separuh abad. Raut wajahnya jernih dan sangat bergembira. Selalu cerah dan sering bersenandung. Pada suatu kesempatan saat makan siang berdua bersamanya, penulis bertanya, “Mohon maaf, Pak. Diumur seperti ini, saya lihat bapak masih gagah dan bergembira. Apa tidak ada niat untuk beristirahat atau berganti profesi lain? Beliau menjawab,”Dik, banyak sopir berusia muda yang berangkat dari rumahnya dengan bersungut-sungut karena mereka menjadikan pekerjaannya sebagai beban. Mereka melihat waktu kerja sopir dari dini hari hingga lewat isya itu sangat lama. Makanya banyak diantara mereka yang tidak mampu bertahan”. “Lantas, bapak sendiri bagaimana?” Lanjut penulis dengan penuh perhatian. “Itulah tadi. Bapak agak berbeda dengan mereka. Bapak melihat pekerjaan ini sebagai hobby. Waktu yang habis dari pagi hingga malam bapak nikmati sebagai pelesiran, jalan-jalan. Dan, yang penting dik! Selama duapuluhlima tahun bapak menjadi sopir, bapak tidak mau macam-macam, apalagi menyimpang atau melanggar peraturan. Dari pekerjaan sopir ini bapak bisa membiayai anak-anak hingga menjadi sarjana”.

Dari dialog tersebut, penulis merasa seperti tersengat listrik. Seseorang bisa bertahan dan berprestasi dalam pekerjaannya bila mereka memandang pekerjaan tersebut bukan sebagai beban, tetapi keterpanggilan, sebuah hobby yang menyebabkan tidak terasa ada beban

Tampaklah bahwa dalam etos kerja ada semacam kandungan ‘spirit’ atau semangat yang menggelegak untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna.
Lebih jauh, bagi seseorang yang memiliki etos kerja, tidaklah mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara kamu melihat terjadinya kemungkaran, hendaknya kamu cegah dengan tangan; apabila tidak sanggup dengan tangan hendaklah dengan lidah; dan apabila tidak sanggup dengan lidah cegahlah dengan hati; tetapi yang terakhir itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim).

Kemungkaran merupakan musuh terbesar umat manusia karena yang dimaksud dengan kemungkaran adalah seluruh perilaku lahir maupun batin yang menyimpang dari hukum. Karenanya, sekecil apapun bentuk kemungkaran diubah dengan sekuat tenaga. Seorang karyawan yang memiliki etos kerja, tidak mungkin dengan sengaja atau mencari-cari alasan, berbohong untuk datang terlambat karena hal tersebut merupakan bentuk kemungkaran yang sangat besar. Bukankah berbohong dan ingkar janji merupakan tanda kemunafikan? Kemungkaran adalah setiap penyimpangan (deviation) dari jalan yang telah ditetapkan sebagai kebenaran (ash-shirathal mustaqiim). Islam acapkali juga diidentikkan dengan jalan, dikenal beberapa nama yang hampir bersamaan artinya didalam Al-Qur’an, antara lain : shirath, minhaj, sabil, thariq. Hal ini memberikan pemahaman bahwa seorang muslim akan terus menapaki jalan lurus secara konsisten, sebagaimana jalan kebenaran yang telah ditetapkan dan disampaikan oleh para nabi dan rasul-Nya,”Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan lurus” (al-mukminun:73). Dalam konteks ini, salah satu jaminan Allah terhadap persatuan atau sinergi dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam lingkup manajemen perusahaan adalah bahwa semuanya harus didasarkan pada semangat untuk fokus terhadap jalan yang telah disepakati bersama. Pengingkaran terhadap komitmen untuk menjunjung tinggi jalan kebenaran atau menyimpang dari konsensus tersebut akan menyebabkan kelemahan,”Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (al-An’am:153).

Etos kerja adalah semangat untuk menapaki jalan yang lurus. Dalam hal mengambil keputusanpun, para pemimpin pemegang amanah harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut.

Terdapat 45 kali pengulangan kata shirath di dalam Al-Qur’an dan kata tersebut menunjukkan arti tunggal (singular). Dengan demikian, pengertian shirath pasti berkaitan dengan kebenaran yang sangat asasi dan tunggal, yaitu kebenaran dari Allah (al-haqqu-mir-rabbika). Jalan yang tidak perlu diragukan lagi pasti mengarah atau menuju kebahagiaan.

Kata sabil atau subul (jamak/plural berarti banyak jalan) lebih memberikan nuansa pada cara atau metode (washilah) untuk meningkatkan atau menyempurnakan kualitas dalam menapaki jalan yang lurus tersebut (shirathal mustaqiim). Sabil merujuk pada kompetensi diri, yaitu kemampuan untuk mencari atau memakai metode. Karenanya sabil dapat saja berada dalam kebaikan atau keburukan. Karena sabil diartikan sebagai metode, kita harus berhati-hati didalam menapaki sabil atau subul agar tidak menyimpang dari jalan (shirath) Allah. Untuk itu, dalam mencari atau menapaki jalan yang benar maupun dalam memakai metode untuk tetap menapaki jalan yang benar tersebut, dibutuhkan adanya kesungguhan, “Barangsiapa yang sangat bersungguh-sungguh (berjihad) di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami...” (al-Ankabuut:69).

Shirath adalah sesuatu yang pasti, sedangkan sabil masih harus diuji apakah di jalan Allah atau di jalan kesesatan. Itulah sebabnya ada satu kata di dalam Al Qur’an yang mengajak kita untuk terus bertanya dalam hal metode pencarian kebenaran tersebut (salsabila).

Dunia, kerja, ikhtiar
Allah
Kemungkaran=Penyimpangan (deviation).


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa setiap pribadi yang memiliki etos kerja tidak boleh berhenti untuk terus berjalan menuju satu arah. Penyimpangan sekecil apapun akan membawa konsekuensi yang sangat berat apabila tidak segera dikembalikan kepada jalan yang lurus tersebut. Bayangkan jika penyimpangan tersebut bertambah lebar, secara matematis untuk mengembalikannya membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih besar pula.

Etos bukan sekedar bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawa dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnya (profesional).

Pahitnya kegagalan untuk memiliki sesuatu adalah lebih manis daripada meminta-minta kepada orang lain. Pekerjaan tangan yang paling sederhana sekalipun, demi mempertahankan harga diri, jauh lebih utama daripada kekayaan yang disertai penyelewengan.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KERJA?

Hampir disetiap sudut kehidupan, kita temui begitu banyak orang yang bekerja. Pedagang keliling yang hilir mudik dari satu rumah ke rumah, guru yang tekun berdiri didepan kelas, pekerja proyek yang bercucuran keringat di bawah terik panas matahari, programmer dan pemikir yang berkutat dibelakang layar monitor hingga jauh malam serta segudang profesi lain.

Mereka semuanya memiliki sebuah kesamaan yaitu melakukan suatu kegiatan (aktivitas) dimana di dalam melaksanakan aktivitasnya itu nampak jelas adanya sesuatu yang dikejar.

Aktivitas baru dapat dikategorikan sebagai bentuk pekerjaan apabila didalamnya mengandung dua aspek nalar yaitu :
1. Aktivitas tersebut dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggungjawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi disana ada keinginan untuk mengaktualisasikannya secara optimal, disana ada nilai transendental yang luhur. Bekerja adalah ibadah, sebuah upaya untuk menunjukkan performance hidup dihadapan Illahi; bekerja seoptimal mungkin semata-mata karena merasa ada panggilan untuk memperoleh ridha Allah. Karena itu, sangat mustahil seorang yang mengaku dirinya sebagai wakil Allah dibumi mengabaikan makna keterpanggilannya untuk bekerja sehingga melakukannya dengan tidak sempurna.
2. Aktivitas tersebut dilakukan dengan sengaja dan terencana. Di dalamnya terkandung suatu gairah dan semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki agar apa yang dikerjakan itu benar-benar mampu memberikan kepuasan dan manfaat yang berarti bagi dirinya selaku pribadi dan bermanfaat pula bagi lingkungannya.

Makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, melalui pengerahan seluruh aset, pikiran dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.

Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan ‘ibadah’, bukti pengabdian dan rasa syukur karena mampu mengolah dan memenuhi panggilan Illahi agar dapat menjadi yang terbaik. Sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos terbaik, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa-apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka siapakah yang terbaik amalnya” (al-Kahfi:7).
Ayat tersebut telah mengetuk hati setiap pribadi muslim untuk mengaktualisasikan etos kerja dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi. Sadar bahwa Allah menguji dirinya untuk menjadi manusia yang memiliki amal atau perbuatan yang terbaik, bahkan menyadarinya pula bahwa persyaratan untuk bertemu dengan Allah hanyalah dengan berbuat amalan-amalan yang prestatif, “...Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan janganlah dia mempersekutukan Tuhannya dalam beribadah dengan sesuatu apapun” (al-Kahfi:110).

Tampak dengan sangat jelas bahwa bekerja haruslah memberikan makna “keberadaan dirinya di hadapan Illahi”. Dia bekerja secara optimal dan bebas dari segala bentuk belenggu dan tirani dengan cara tidak mau terikat atau bertuhankan sesuatu apapun. Dalam pengertian ini seorang muslim menjadi seorang yang kreatif. Mereka mau melakukan eksplorasi, sepertinya ada semacam “kegilaan” untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang terbaik. Hal ini dikarenakan bahwa dia menyadari kalau bumi ini dihamparkan bukan sekedar tempat dia menumpang hidup melainkan justru untuk diolah sedemikian rupa untuk menggapai kehidupan yang lebih baik.

Ada suatu riwayat. Sa’ad bin Muadz al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi saw baru kembali dari perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa terik matahari. “Kenapa tanganmu?” Rasulullah saw bertanya. “Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Rasulullah saw mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka” (HR ath-Thabrani)

Betapa besarnya penghargaan yang diberikan kepada para pekerja keras. Beliau memberikan motivasi yang sangat kuat kepada kita bahwa para pekerja adalah kekasih Allah, bahkan neraka sekalipun telah mengharamkan orang-orang yang bekerja keras. Pantaslah dalam sebuah hadis yang sangat populer, rasulullah bersabda, “Mukmin yang kuat lebih dicintai dari mukmin yang lemah”. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa pribadi yang lemah adalah satu-satunya cacat yang tak termaafkan (weakness of character is the only defect which can not be amended!).

Kepribadian muslim adalah kepribadian yang gagah berani dan kuat, bahkan disetiap saat selalu disisipkan doa untuk memohon kekuatan yang mampu menolong dirinya (sulthanan nashiran) (al-Israa’:80).

Dalam dunia yang penuh dengan debu perjuangan
Tetesan keringat bahkan bersimbahkan darah
Tidak ada tempat bagi mereka yang berkeluh kesah
Berjiwa kerdil dan pengecut
Mereka yang berjiwa lemah akan tergilas!

Kekuatan hanya akan berjodoh dengan keberanian, sedangkan kelemahan hanya akan bersanding dengan mereka yang berjiwa kerdil dan pemalas. Dengan kata lain yang dimaksud dengan bekerja adalah upaya untuk mengisi kualitas hidup islami, yaitu lingkungan kehidupan yang dilahirkan dari semangat tauhid, yang dijabarkan dalam bentuk amal prestatif (amal saleh) yang berbalut keberanian, ketangguhan, ketabahan dan kesungguhan!

Mengingat amal saleh itu harus aktual, jelas dan benar-benar tampak, maka di dalam semangat pribadi muslim tersebut harus terkandung motivasi, arah, rasa dan rasio yang seluruhnya itu dimanifestasikan dalam bentuk tindakan (action!).

Dalam bentuk aksioma semuanya itu dapat diringkas dan dirumuskan sebagai berikut :

K H I = T, A S ( M A R A )

KHI = Kualitas Hidup Islami
T = Tauhid
AS = Amal Saleh
M = Motivasi
A = Arah Tujuan (Hope, Goal, Objective)
R = Rasa & Rasio (Pikir & Dzikir, Head & Heart).
A = Action (Hand & Hard Working).


Dari rumusan di atas, tampak bahwa ‘etos kerja’ itu dapat didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan diri sendiri atau me’muncul’kan kemanusiaannya saja tetapi juga sebagai manifestasi dari amal saleh dan karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.

Apabila kita memahami, menghayati dan kemudian mau mengaktualisasikannya di dalam kehidupan sehari-hari kita, maka akan tampak pengaruh serta dampaknya kepada lingkungan sekitar kita, yang kemudian akan semakin mendorong diri kita untuk segera terjun ke samudra dunia aktivitas dengan gelegak kesungguhan yang mahadahsyat.

Demikian telah penulis sampaikan pemikiran dan ulasan menarik, renungan KH Toto Tasmara, semoga dapat memberikan manfaat dan mampu menginspirasi proses bekerja kita agar lebih optimal. Sehingga dari hasil proses pekerjaan kita itu Allah swt selanjutnya akan melihat kita sebagai manusia yang ‘utuh’, yang telah memenuhi fitrah-Nya yang diijinkan-Nya kelak untuk berjumpa dengan-Nya dan mengharamkan api neraka menyentuh tubuh kita!

15/11/2008

PERAN PROTEKTIF COATING PADA INDUSTRI MIGAS disunting dari majalah Ascoatindo


Menurut NACE, korosi adalah kemerosot-an atau kerusakan yang terjadi pada suatu material, biasanya logam, akibat reaksi dengan lingkungannya, umumnya menghasilkan suatu produk yang disebut karat. Sedangkan SSPC (Society for Protective Coatings) mengatakan korosi adalah reaksi kimia dan elektrokimia yang terjadi antara logam dan lingkungannya sehingga mengakibatkan kerusakan pada logam dan bagiannya.

Apapun definisi yang digunakan, korosi selalu menimbulkan kerugian, baik kerugian yang bersifat langsung maupun yang berdampak tidak langsung. Kerugian korosi ini tentu saja dapat mengakibatkan biaya pemeliharaan membengkak, kapasitas produksi menurun, produksi berhenti atau total shutdown, menimbulkan kontaminasi pada produk, mengakibatkan klaim akibat delivery yang tidak tepat jadwal, pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan keselamatan kerja, serta kerugian-kerugian nir-wujud lainnya yang dapat berupa pen-cemaran nama baik perusahaan dan me-nimbulkan opportunity lost.

Negara-negara di kawasan tropis seperti Indonesia, sebetulnya paling banyak menderita kerugian korosi. Namun sayangnya, belum ada data yang jelas tentang seberapa besar kerugian korosi di Negara ini, padahal korosi menyerang semua peralatan yang terbuat dari logam dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit besarnya.

Walau demikian, dari banyaknya peristiwa yang telah dibeberkan media massa dan koran nasional paling tidak dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa korosi pada dasarnya telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk mengilustrasikannya, penulis akan memaparkan beberapa peristiwa korosi yang telah terjadi di tanah air ini, khususnya yang telah menimpa industri migas di Indonesia.

Cuplikan dan petikan tentang peristiwa korosi yang dibeberkan di bawah ini dirangkum penulis dari berbagai nara sumber. Perlu ditegaskan sebelumnya bahwa cuplikan maupun kutipan yang dipaparkan, tidak bermaksud sama sekali untuk mendiskreditkan sebuah perusahaan atau institusi, tetapi sekedar sebagai suatu kajian yang bersifat ilmiah murni untuk memberikan pandangan tentang betapa besarnya kerugian yang telah diderita akibat korosi.

Suara Pembaharuan (08 Maret 2004) memberitakan sebuah peristiwa kebocoran pipa minyak. Kebocoran itu terjadi di sekitar jalan Palembang-Betung, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan. Akibatnya banyak minyak mentah tumpah, bahkan ada yang sampai mencemari anak Sungai Gasing di Sukajadi. Selanjutnya menurut berita yang dilansir dari Wahana Ling-kungan Hidup Indonesia (Walhi News, 12 Maret 2004) diperkirakan minyak mentah yang tumpah itu berkisar antara 21.15 barrel. Temuan lapangan mengungkap-kan terdapat 5 titik kebocoran akibat pipa sudah banyak mengalami korosi.

Setelah peristiwa tsunami menimpa rak-yat Aceh, kembali kebocoran pipa gas menambah daftar penderitaan saudara kita di sana. Jaringan Advokasi Tambang memaparkan (23 Maret 2005) sekitar 820 jiwa warga desa Rayeuk, Lokshukon, Aceh Utara menjadi korban kebocoran gas itu. Jatam, Walhi dan Oilwatch-Southeast Asia, menyatakan protes keras dan menyesali terjadinya kebocoran ter-sebut, apalagi terjadi disaat rakyat Aceh masih dalam suasana berduka.

Tidak diperinci lebih lanjut penyebab kebocoran pipa gas tersebut, namun diungkapkan kebocoran pipa gas ini telah memperpanjang catatan kecelakaan dalam industri migas. Dalam 4 tahun terakhir, setidaknya terdapat 18 kasus ke-celakaan industri migas dan 22 kasus pencemaran minyak di wilayah perairan dan pesisir Indonesia.

Awal tahun 2005 kembali diwarnai dengan ledakan pipa gas di Subang, yang dimungkinkan akibat korosi pada pipa gas yang ada (Pikiran Rakyat, 18 Feb-ruari 2005). Pada kejadian itu, diberitakan tidak ada korban jiwa, tetapi warga yang bermukim di dekat lokasi menjadi kuatir gas yang bocor akan membahayakan keselamatan mereka, apalagi saat peristiwa terdengar suara ledakan yang sangat keras mendentum dan mengeluarkan gemuruh asap yang membumbung tinggi.

Pipa gas kembali meledak di Indramayu pada tanggal 15 Agustus 2005. Diberitakan dua pekerja mengalami luka berat dan sebuah rumah milik warga mengalami kerusakan yang cukup parah. Harian Pikiran Rakyat (18 Agustus 2005) mengatakan bahwa menurut Kapolsek Karangampel yang langsung mendatangi lokasi kejadian, ledakan itu terjadi diduga akibat kondisi pipa yang sudah berkarat dan rapuh. Hal ini diperkuat oleh per-nyataan dari salah satu staf humas perusahaan tsb, bahwa kejadian itu disebabkan oleh kondisi pipa yang sudah keropos akibat korosi luar. Informasi lain yang diperoleh oleh harian nasional ini dari warga yang bermukim di sana, menyingkapkan pipa-pipa yang melintas di desanya kebanyakan memang sudah dalam kondisi berkarat dan sering mengalami kebocoran.

Sebelum musibah yang terjadi di atas, kebocoran pipa juga terjadi pada tanggal 10 Mei 2005 yang mengakibatkan sebanyak 52 kepala keluarga yang terdiri dari 152 jiwa di Desa Sungai Ibul, Kecamatan Talang Ubi, Muara Enim, terpaksa me-ngungsi karena rumah mereka kebanjiran minyak mentah yang dimuntahkan oleh pipa sebesar 8 inchi yang bocor. Atas peristiwa tsb, terdapat 25 barel minyak mentah yang muncrat, namun hal ini disanggah oleh penduduk setempat yang mengatakan volume minyak yang tumpah lebih dari itu. Lebih lanjut dipaparkan pipa yang bocor diakibatkan oleh korosi eksternal atau akibat alam, tetapi menu-rut penduduk setempat, di lokasi yang sama pernah terjadi kebocoran pada tahun 1960 yang menyebabkan tujuh warga meninggal dunia dan pipa yang bocor itu belum pernah diganti. Akibat kebocoran ini, bukan hanya perusahaan pemilik pipa yang dirugikan tetapi penduduk setempat juga menuntut ganti rugi akibat pencemaran yang ditimbulkan.

Rangkaian peristiwa di atas memberikan pandangan kepada kita tentang besarnya derita yang dipikul akibat korosi yang terjadi pada industri migas. Semua kisah di atas hanya sebagian yang diungkapkan penulis, namun dari peristiwa-peristiwa itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa korosi sangat merugikan, bukan hanya sekedar materi, tetapi juga terhadap ke-sehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.


Masih banyak tentunya kerugian korosi yang terjadi selain yang dibeberkan di atas, baik kerugian yang langsung berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan, penggantian suku cadang, gangguan terhadap produksi dan operasional, maupun kerugian yang tidak berdampak langsung, misalnya yang mengakibatkan kerugian terhadap penduduk setempat yang menggerogoti mata pen-caharian dan harta benda mereka.

Bila disimak dengan seksama, boleh dikatakan hampir seluruh industri di negara kita menggunakan fasilitas maupun per-alatan dari logam, dan Indonesia yang terletak di daerah tropis secara alami memiliki kelembaban yang tinggi, sehingga peralatan, fasilitas, dan infrastruktur yang terbuat dari logam banyak yang mudah mengalami korosi. Disinilah perlunya, suatu pengendalian korosi terpadu yang efisien dan efektif, bukan sekedar pengendalian teknis saja tetapi juga pengendalian dari segi nonteknis, begitupun tidak hanya sekedar menuntut peran pelaksana di lapangan tetapi juga menuntut keterlibatan manajemen perusahaan dan kaum regulator yang membuat kebijak-an.

Dari hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2001, ditemukan kerugian korosi mencapai US$. 276 milyar per tahun, dan ini bukan hanya ke-rugian yang berdampak langsung tetapi juga termasuk nilai indirect cost atau kerugian yang tidak berdampak langsung.
Menurut Koch, salah satu hasil penelitiannya mengatakan bahwa kerugian tidak berdampak langsung sangat terkait dengan hilangnya waktu yang akan mengurangi produktivitas karena adanya kerusakan, keterlambatan, kegagalan, dan perselisihan. Kerugian indirect cost ini diasumsikan sama besarnya dengan kerugian yang berdampak langsung, tanpa diuraikan lebih lanjut alasannya.

Penyelidikan lebih jauh atas studi ini, membuktikan bahwa biaya terbesar industri-industri di Amerika Serikat terdapat pada sektor pengeluaran proteksi pelapisan, dibuktikan dengan persen-tasi sangat signifikan yaitu sebesar 89.5%. Selain itu, tercatat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk riset dan pengembangan relatif kecil sekali, padahal riset memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan bagi perusahaan, dimana riset memberikan informasi akurat kepada pihak pengambil keputusan yang didasarkan pada fakta di lapangan mengenai pokok persoalan yang sedang terjadi diperusahaan saat itu.

Yang patut disayangkan, ternyata biaya yang dialokasikan untuk pendidikan dan pelatihan merupakan yang paling kecil di antara seluruh pos pengeluaran. Ini menunjukkan bahwa sekalipun Amerika Serikat merupakan negara yang sangat maju, manajemen perusahaan di sana, entah bersikap apatis atau belum sepenuhnya menyadari bahwa sesungguhnya sumber daya manusia adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Dengan memiliki sumber daya manusia yang terampil dan kompeten maka kerugian korosi dapat diminimalkan. Umumnya perusahaan masih menganggap pendidikan dan pelatihan adalah momok pengeluaran. Padahal, pendidikan dan pelatihan justru bentuk investasi yang diyakini sebagai suatu capital atau harta yang akan mendongkrak produktivitas perusahaan.

Uraian lebih lanjut tentang studi korosi di Amerika Serikat, para peneliti menyim-pulkan bahwa kemajuan teknologi saat ini telah menyediakan banyak cara untuk mengendalikan korosi, termasuk peman-faatan teknik manajemen korosi, tetapi manajemen korosi yang baik dapat di-capai apabila menggunakan strategi pe-nanggulangan yang tepat, baik secara teknis maupun non-teknis. Mereka memberikan rekomendasi bahwa strategi penanggulan korosi meliputi hal-hal di bawah ini, di mana nomor 1 sampai 4 merupakan segi nonteknis dan nomor 5 sampai 7 adalah segi teknis:

1. Meningkatkan kepedulian akan be-sarnya biaya korosi dan penghematan yang dapat dilakukan;
2. Merubah paradigma yang salah bah-wa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah korosi;
3. Merubah kebijakan, regulasi, standar, dan praktek manajemen untuk memaksimalkan penghematan

terhadap biaya korosi melalui manajemen korosi yang baik;
4. Meningkatkan pendidikan dan pela-tihan untuk karyawan yang berhubungan dengan pengendalian

korosi;
5. Mengembangkan desain praktek manajemen korosi yang baik;
6. Meningkatkan metoda peramalan umur (life prediction) dan penilaian kinerja (performance assessment);
7. Memajukan teknologi korosi melalui riset, pengembangan, dan penerap-an.

Dari rekomendasi di atas, menurut para peneliti, bila seluruhnya dilaksanakan dengan tepat, maka kerugian korosi yang dapat ditekan diperkirakan sekitar 10% sampai 40%.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, dari seluruh metode pengendalian korosi, protektif coating merupakan metoda yang paling banyak digunakan, terbukti dengan angka yang sangat signifikan yaitu sebesar 89.5%. Oleh sebab itu, menurut ISO 20340:2003, the performance requirements for protective paint system for off-shore and related structures and for immersion in sea or brackish water, proteksi pelapisan yang digunakan untuk pengendalian korosi di industri migas harus yang memiliki first quality dan high durability sistem, karena prasarana dan sarana di industri migas umumnya didesain untuk pemakaian yang cukup lama.

Maka itu, sesuai dengan ketentuan baik dari ISO 20340:2003 maupun API RP 1111 “Design, Construction, Operation, and Maintenance of Offshore Pipelines”, dan DNV off-shore standard dan recommended practice OS-F101 and RP-F101, jenis coating sistem yang akan digunakan harus mempunyai karakteristik yang baik seperti adhesi atau daya rekat, ketahanan terhadap pengaruh katodik, kekedapan yang tinggi, ketahanan terhadap benturan dan gesekan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah kemudahan untuk mengaplikasikannya.

Selain itu, pelaksanaan coating pun harus mencakup persiapan permukaan logam yang baik, aplikasi pelapisan yang benar dan tepat, serta inspeksi kualitas yang andal untuk memastikan kesesuaian dan pemenuhannya terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Seluruh proses ini merupakan suatu kesatuan yang saling terkait untuk memperoleh life-time yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rubrik Jawa Tengah – Banyumas, Kebocoran Pipa BBM Dapat Diatasi, Harian Umum Suara Merdeka,

Sema-rang – Indonesia, Selasa 23 April 2002
2. Pipa Minyak Bocor Cemari Aliran Sungai Sukajadi, Suara Pembaharu-an Daily, Jakarta – Indonesia, Senin

08 Maret 2004
3. Walhi News, Pipa Bocor di Palem-bang, Wahana Lingkungan Hidup, Jakarta – Indonesia, 12 Maret 2004
4. Tjandra Dewi, Ketika Logam Mudah Keropos, Majalah Tempo Hal. 90 – 91, Jakarta – Indonesia, Kamis,

31 Maret 2005
5. Siaran Pers, Kebocoran Pipa Gas Me-nambah Penderitaan Rakyat Aceh, Jatam News, Jatam-Walhi-Oil

Watch South East Asia, Jakarta – Indonesia, 29 Maret 2005
6. James F. Jenkins and Richard W. Drisko, Corrosion of Metals, Good Painting Practice, SSPC Painting

Manual Volume 1, Fourth Edition, SSPC Society for Protective Coatings, Pittsburgh – USA, 2002
7. Komposisi Gas Banyak Mengandung CO2, Pipa Gas di Subang Meledak Akibat Korosi, Harian Pikiran

Rakyat, Bandung – Indonesia, Jumat 18 Februari 2005
8. Pipa Gas Meledak di Ds. Kaplongan, Dua Pekerja Mengalami Luka Berat, Harian Pikiran Rakyat, Bandung –

Indonesia, 18 Agustus 2005
9. Rubrik Nusantara, Akibat Pipa Mi-nyak Bocor 152 Jiwa Masih Ngungsi, Harian Media Indonesia, Jakarta

Indonesia, Jumat 13 Mei 2005
10. Gerhardus H. Koch, Ph.D., et al., Corrosion Cost and Preventive Stra-tegies in the United States, Report

Number FHWA-RD-01-156, CC Tech-nologist Laboratories, Inc., Ohio – United States, September 30,

2001, p. iv
11. Joe H. Payer, Ph.D and Ronald Lata-nision, Ph. D, Preventive Strategies, Appendix DD, Corrosion Cost and

Preventive Strategies in the United States, CC Technologist Laboratories, Inc., Ohio – United States,

September 30, 2001

Mencari Soulmate

Bacaan bagi yang SEDANG MENCARI PASANGAN, yang TELAH MEMPEROLEH PASANGAN dan juga yang TELAH MENIKAH.

Alkisah seorang raja yg kaya raya & sangat baik Ia mempunyai banyak sekali emas & kuningan. Karena terlalu banyak sehingga antara emas & kuningan tercampur menjadi satu.
Suatu hari raja yg baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya. Dia membuka gudangnya lalu mempersilahkan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka. Karena antara emas & kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali dibedakan mana yg emas & mana yg kuningan, lalu mana yg emasnya 24 karat & mana yg emasnya hanya 1 karat.
Namun karena ada peraturan dari Sang Raja, yaitu bila mereka sudah MEMILIH & MENGAMBIL SATU dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi.
Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yg mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yg mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja di kebun raja & merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja AKAN MENAMBAH & MEMBERIKAN KADAR KARAT itu sedikit demi sedikit.
Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu. Waktu yg diberikan kepada mereka semua ialah SATU SETENGAH HARI, dengan perhitungan SETENGAH HARI UTK MEMILIH, SETENGAH HARI UTK MERENUNGKAN & SETENGAH HARI LAGI UTK MEMUTUSKAN.
Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tsb. Karenatidak jarang terjadi perebutan emas yg sama diantara mereka. Selamaproses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kpd salah seorang rakyatnya, "Apa yg kau amat-amati, sehingga satu setengah harikau habiskan waktumu di sini?"
Jawab orang itu: "Tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu."
Lalu tanya prajurit itu lagi: "Seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya? Sedangkan waktumu sangat terbatas?"
Jawab orang itu lagi: Tentu saja tidak, aku akan mengambil emasterakhir yg ada ditanganku begitu waktuku habis."
Lalu prajurit itu berkeliling & ia menjumpai seorang yg tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya. Bertanyalah prajurit itu kepadanya: "Hai orang kaya apa yg kau cari di sini. Bukankah engkau sudah lebih dari cukup?" Jawab orang kaya itu, "Bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini tentu saja itu berarti menambah keuntunganku. "
Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak olehnya seseorang yg sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya. Lalu dihampirinya orang itu, "Mengapa engkau diam di sini? Tidakkah engkau memilih emas-emas itu? Atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?'
Mendengar perkataan prajurit itu,orang ini hanya diam saja. Maka prajurit bertanya lagi,"Atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat,sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yg lain?" Orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran. Lalu ia lebih mendekat lagi, "Tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? "
Sambil menatap prajurit, orang itu menjawab: "Tuan,saya ini orang miskin. Saya tidak pernah tahu mana yg emas & mana yg kuningan. Tetapi HATI SAYA MEMILIH EMAS INI, saya pun tidak tahu berapa kadar emas ini. Atau jika ternyata emas ini hanya kuningan pun saya juga tidak tahu."
"Lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka atau kepadaku kalau engkau tidak tahu." Tanya prajurit itu lagi. "Tuan, emas & kuningan ini milik raja. Jadi menurut saya hanya raja yg tahu mana yg emas & mana yg kuningan, mana yg 1 karat & mana yg 24 karat. Tetapi satu hal yg saya percaya, janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas, itu yg lebih penting." Jawabnya lugu. Prajurit ini semakin penasaran, "Mengapa bisa begitu?"
"Bagi saya berapa pun kadar emas ini cukup buat saya. Karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membeli emas, Tuan."
Prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya, "Lagipula Tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yg sudah saya ambil."
"Tidakkah engkau mengambil emas-emas yg lain & menukarnya sekarang selagi masih ada waktu?" Tanya prajurit lagi. "Saya SUDAH MENGGUNAKAN WAKTU ITU, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan. Jika saya GANTIKAN EMAS INI DENGAN YANG LAIN, BELUM TENTU SAYA MENDAPAT YG LEBIH BAIK DARI PUNYA SAYA INI. Saya memutuskan untuk mengabdi pada raja & merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yg murni."
Tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar & berdiri ditempat yg tinggi sambil berkata, "Wahai rakyatku yg kukasihi. Semua emas yg kau genggam itu adalah hadiah yg telah kuberikan. Sesuai dengan perjanjian, tidak seorang pun diperbolehkan menukar atau pun menyia-nyiakan hadiah itu. Jika didapati hal di atas maka orang itu akan MENDAPAT HUKUMAN karena ia tidak menghargai raja.
Kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi di hadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal, "Dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu. Hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan. Dan hanya akulah yg dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yg memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yg kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu. Tetapi sayang sekali, hanya 1 orang yg datang kepadaku untuk menanyakannya. "
Demikianlah raja yg baik hati & bijaksana itu mengajar rakyatnya. Dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.

(Dikutip dari:"When We Have to Choose"/ Kumpulan Sharing & Cerpen)

BAGI YANG SEDANG MENCARI PASANGAN (setengah hari untuk memilih)
MEMILIH memang boleh, tapi MANUSIA TIDAK ADA YG SEMPURNA, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu. Artinya setiap manusia milik Tuhan, jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNYA tentang pasangan anda.
BAGI YANG TELAH MEMPEROLEH PASANGAN (setengah hari untuk merenungkan)Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat. Ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat. Diluar, memang KITA DIHADAPKAN DENGAN BANYAK PILIHAN, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi. Akan tetapi pada saat KITA SUDAH MENDAPATKANNYA BELUM TENTU WAKTU KITA MELEPASKANNYA KITA MENDAPAT YG LEBIH BAIK. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objective siapa dia (karena itu KETERBUKAAN & KOMUNIKASI sangat penting dalam menjalin hubungan) dan MENYELARASKAN HATI Anda bersamanya..
Begitu Anda tahu tentang HAL TERJELEK dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik. Dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah. Tinggal BAGAIMANA ANDA MENERIMANYA. Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak. "CINTA SELALU BERJUANG" Jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda. Justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (TIDAK PERNAH BERTENGKAR MUNGKIN). Anda malah harus berhati-hati, karena ini adalah hubungan yg tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda.

Yg terpenting adalah NIAT BAIK DIANTARA PASANGAN,sehingga denganKOMITMEN & CINTA, SEGALA SESUATU SELALU ADA JALAN KELUARNYA. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya Anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi PERTIMBANGKAN DENGAN BAIK hal ini.

BAGI YANG TELAH MENIKAH (setengah hari untuk memutuskan)
Dalam tahap ini, siapa pun dia berarti Anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya. Jangan berpikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda. Jika ini terjadi berarti Anda EGOIS,sama halnya dengan orang kaya di atas.
Dan dengan demikian Anda TIDAK PERNAH PUAS DENGAN DIRI PASANGAN ANDA, maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri. Jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya dan menambah kadar karat pada emasnya. Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda, dan DIA lah YANG PALING BERKUASA MENGUBAH SETIAP ORANG. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi & bercerai lagi?? Ingatlah si dia adalah HADIAH, siapa pun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda.
Ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau menyia-nyiakan emas Anda. Jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana HADIAH TERINDAH YANG TELAH TUHAN BERIKAN. Dan apa pun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan, KARENA DIA YANG MEMILIKI HATI SETIAP MANUSIA.....

14/11/2008

Mancing


Memancing

Memancing (Inggris:Fishing) secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau ditengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing.
Namun dalam praktek dan dari hasil buruannya, tidak semua kegiatan memancing ikan selalu membuahkan hasil seekor ikan, memancing ikan dapat juga diartikan tidak saja untuk menangkap ikan namun juga kodok, penyu, ikan, cumi-cumi, gurita, bahkan ikan paus.

Memancing ikan dapat dibedakan berdasarkan alam buruannya, yaitu:
Memancing ikan air laut
Memancing ikan air tawar

Pada dasarnya memancing hanyalah salah satu cara menangkap ikan. Oleh karena itu banyak cara atau teknik menangkapp ikan yang lain.

Seorang pemancing sedang memancing ikan air tawar di sebuah telaga dengan menggunakan tongkat pancing (joran)

Sejarah

Memancing dalam arti menangkap ikan sudah dikenal oleh peradaban manusia Sejas zaman dahulu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Hal ini terbukti dari peninggalan-peninggalan arkeologi pada goa-goa tua di Eropa bahwa aktifitas penangkapan ikan sudah ada sejak dulu dengan ditemukannya tulang-belulang, mata kail dan gambar serta lukisan pada zaman batu di dalam goa-goa tersebut.
Teknik menangkap ikan mulai beragam pada masa Neolithic sekitar 4.000 - 8.000 tahun yang lalu yang kemudian berkembang menjadi teknik yang lebih moderen dan masih dipakai hingga saat ini. Begitu pula dengan cara pengolahan ikan hasil tangkapan, saat ini cara tersebut masih dilakukan dengan teknik yang sama misal pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan cara pengasapan.

Teknik Menangkap ikan
Bedasarkan caranya, memancing hanyalah salah satu cara untuk menangkap ikan atau hewan air, selain dengan cara memancing ada beberapa cara menangkap ikan yang lain yaitu:

Dengan Tangan
Menangkap ikan dengan tangan dapat dilakukan pada perairan dangkal seperti di sungai kecil. Pengertian menangkap ikan dengan tangan menjadi meluas dalam istilah memancing yaitu tanpa menggunakan tongkat pancing (joran) tetapi tetap menggunakan rol pancing dan senar atau biasa disebut mancing tangan.
Saat mancing di laut, menangkap ikan dengan cara ini kerap digunakan untuk jenis memancing dasar laut (bottom fishing). Di Inggris dan Amerika menangkap ikan trout dan ikan salem di sungai-sungai berair dangkal dapat dilakukan dengan tangan (trout tickling).
Pada perairan laut mengumpulkan kerang dengan menggunakan tangan dapat dilakukan dengan cara menyelam.

Tombak
Menangkap ikan dengan cara menombak lebih mudah daripada dengan tangan dan cara ini sudah digunakan Sejas lama oleh manusia.
Ujung tombak dibuat sedemikian rupa seperti pada mata kail agar ikan yang tertangkap tidak dapat lepas dari mata tombak.
Tombak yang dipakai dapat mermacam-macam bentuk, dari yang mempunyai gagang pendek hingga yang panjang dan biasanya bercabang tiga diujungnya (semacam trisula), atau dapat pula hanya bermata satu.

Harpoon
Pada masa sekarang cara menangkap ikan dapat menggunakan harpoon yaitu alat penangkap ikan berupa tombak yang diberi tali yang panjang.
Menangkap ikan dengan cara ini diharuskan menggunakan perahu dengan cara mengejar ikan yang sedang diburu.
Harpoon ditembakkan dengan menggunakan sebuah alat pelontar, biasanya alat ini digunakan untuk menangkap Paus.
Mata HarpoonSetelah ikan terkena harpoon, lalu ikan ditarik dan kemudian diangkat keatas geladak kapal.

Tali pancing
Pada saat ini cara menangkap ikan paling favorit dan praktis serta dapat dilakukan secara sendirian ialah dengan menggunakan tali pancing yang disebut juga senar.
Pada ujung senar dipasang satu atau lebih mata kail yang mana setiap mata kail diberi umpan hidup ataupun umpan tiruan.
Roll PancingMenangkap ikan dengan cara ini dapat dilakukan di pinggir sungai, danau, tepi laut atau bahkan di tengah laut dengan menggunakan perahu.

Menyedot air
Biasanya cara ini secara teknis tidak dikhususkan untuk menangkap ikan. Teknik ini lebih sering digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dasar laut atau moluska seperti kerang, lobster, kepiting dan hewan sejenisnya yang berada di dasar air atau dasar laut.
Menyedot AirCaranya dengan menggunakan kompresor yang bekerja dengan menyedot air ke atas kapal lalu disaring dan kemudian air dibuang kembali ke laut.

Jaring
Dilakukan dengan cara menyerok dengan jaring atau menebar jala yang kemudian diangkat atau dengan memasang jala dengan cara ditunggu selama beberapa waktu tertentu lalu kemudian jala baru diangkat. Atau bisa juga jala diturunkan ke laut dengan perahu dan berjalan perlahan membentuk suatu lingkaran.
Seorang nelayan menebarkan jalaCara ini dapat dilakukan di air tawar ataupun di laut. Jika di laut cara ini biasanya untuk menangkap udang, ikan kecil atau cumi-cumi.

Dan biasanya dilakukan pada malam hari dengan menggunakan alat penerangan untuk menarik hewan-hewan tersebut. Jala yang digunakan diletakkan pada bangunan bambu yang biasa disebut bagan.

Layang-layang
Cara ini dilakukan dengan menaikkan sebuah layang-layang yang terbuat dari bahan anti air dan diterbangkan dengan menggunakan tali.
Sebelumnya layang-layang tadi telah diberi tali senar pada ekornya yang pada ujung tali senar tersebut diberi mata kail dan umpan serta diusahakan agar mata kail dan umpan tersebut dapat tercebur kedalam air.
Tetapi cara ini kurang efektif jika dilakukan pada saat cuaca tidak mendukung seperti hujan atau angin kencang

Melubangi permukaan es
Teknik ini dilakukan di laut atau danau yang sedang membeku akibat dinginnya iklim di daerah tersebut. Menangkap ikan dengan cara ini dilakukan dengan cara mengebor atau membuat lubang pada lapisan es agar alat pancing dapat masuk kedalam air melalui lobang yang telah dibuat sebelumnya. lalu mata kail di masukkan kedalam lubang tersebut hingga mata kail menembus pada air yang berada dibawah lapisan es yang telah diberi lubang tadi.

Perangkap
Cara ini tidak sebatas menangkap ikan, tapi dapat pula digunakan untuk menangkap hewan laut lain yang biasanya berada di dasar perairan, seperti lobster, kepiting dan sejenisnya. Penangkapan dengan menggunakan suatu perangkap yang dapat terbuat dari besi, almunium atau bambu dengan cara meletakkan perangkap tersebut pada daerah tertentu.
Sebelumnya perangkap tersebut telah diberi tanda atau pelampung agar mudah mencarinya setelah ditinggal untuk beberapa saat.

Bantuan hewan
Di China dan Jepang teknik menangkap ikan dapat menggunakan sejenis burung air yang terlatih, yaitu burung Cormorant.
Biasanya teknik ini dilakukan bersama-sama dengan nelayan lainnya yang semuanya memiliki burung ini.
Dengan perahunya para nelayan membentuk lingkaran lalu kemudian burung-burung tersebut diperintahkan untuk mengejar ikan dengan arah ke tengah dari lingkaran.
Setelah mengejar dan menangkap ikan, burung kembali naik ke atas perahu. Teknik ini sudah ada sejak lama di negara tersebut dan diwariskan secara turun-temurun.

Racun ikan
Teknik ini dilarang dan dapat menyebabkan hancurnya terumbu karang karena racun tersebut. Biasanya menggunakan barbasco, sianida atau potasium dengan tujuan membuat ikan menjadi lemas namun banyak juga yang mati. Menangkap ikan dengan teknik ini biasanya dilakukan untuk ikan hias jenis karang agar dapat dijual hidup-hidup.
Menabur barbascoPada gambar diperlihatkan menangkap ikan dengan barbasco, sejenis racun dari akar pohon yang setelah di larutkan ke air akan berwarna keputih-putihan.

Menyetrum
Biasanya menggunakan tongkat yang pada ujungnya disambung ke alat penghasil listrik seperti baterai, aki mobil atau generator listrik. Teknik ini juga tidak diperbolehkan terutama untuk penangkapan ikan laut karena dapat berpengaruh dan merusak terumbu karang.
Cara ini sebenarnya lebih efektif dilakukan di perairan air tawar seperti sungai, tambak atau kolam.

Bahan Peledak
Teknik ini juga dilarang, peledakan kadang menggunakan dinamit atau bahan peledak lainnya. Teknik ini juga dapat menyebabkan hancurnya terumbu karang dan habitat ikan.

Mata kail
Adalah salah satu alat untuk menangkap ikan yang paling populer dan digunakan untuk memancing. Mata kail digunakan sebagai tempat untuk menaruh umpan pancing, yang pada awalnya terbuat mulai dari tulang atau kayu
keras pada zaman dahulu.
Pada masa kini bermacam mata kail sudah dapat dibuat dari berbagai macam logam keras seperti dari besi (yang diberi lapisan chrome), baja atau bisa juga dengan campuran bahan logam lainnya misalnya
dari bahan karbon.
Mata kail mempunyai bentuk dan usuran yang beragam (gambar kiri). Sedangkan untuk ukuran besar-kecilnya pada mata kail biasanya dibedakan dengan menggunakan nomer (gambar kanan).

Alat pancing
Dalam pengertian olahraga memancing selain mata kail, alat pancing terdiri dari bermacam alat pendukung, seperti:

Pelampung pancingan, bisa terbuat dari kayu, busa, gabus atau plastik selama sesuai dengan penggunaannya sebagai pelampung yang ringan dan dapat mengambang di atas permukaan air.
Pemberat umpan pancing, umumnya menggunakan bahan dari timah agar umpan dapat tenggelam di bawah air.
Rol pancing, biasanya diletakkan pada pangkal dari tongkat pancing (joran pancing) yang berguna sebagai tempat menggulung tali senar pancing dan terdapat pemutar pada bagian sampingnya, tapi dapat pula rol pancing digunakan tanpa tongkat pancing dengan cara tali senar digulung secara manual oleh tangan.
Tali senar pancing, digunakan untuk memasang mata kail sekaligus sebagai media penghubung antara pemancing dengan ikan yang terpancing.
Tongkat pancing, digunakan untuk tempat rol pancing pada pangkalnya dan biasanya tongkat pancing tidak digunakan pada area berair dalam atau pada saat memancing dasar.
Umpan pancing, terdiri dari beragam variasi, mulai dari umpan buatan misal berupa ramuan hingga umpan alam hidup ataupun mati misalkan ikan kecil, udang, cacing atau cumi-cumi

Pada dewasa ini mata kail tidak lagi harus menggunakan umpan dari bahan organik, tetapi dapat pula digunakan umpan buatan (lure) yang berbentuk seperti umpan asli dan terbuat dari kayu atau plastik.

Nelayan
Adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negaranegara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih.

Eidman (1991) membagi nelayan ke dalam dua kategori, yaitu nelayan penggarap dan nelayan pemilik.

Memancing ikan air laut

Adalah kegiatan, olahraga, hobi atau salah satu cara menangkap ikan dilaut dan dilakukan mulai dari pinggir pantai hingga ke tengah laut dengan menggunakan bantuan alat pemancing ikan.

Di air laut, memancing ikan pada zaman ini dapat dilakukan dengan cara:
Memancing pinggir laut
Memancing tengah laut
Memancing permukaan laut

Selain itu kondisi saat memancing ikan di laut dapat dilakukan pada siang hari (dari pagi hingga petang) dan juga malam hari. Namun semua kegiatan memancing di laut kadang selalu tergantung juga dengan keadaan cuaca di sekitarnya.

Faktor Cuaca
Tidak setiap pemancingan ikan di laut selalu berhasil dengan baik. Saat memancing ikan dilaut, faktor cuaca atau faktor alam sangat berpengaruh pada hasil tangkapan. Faktor cuaca biasanya tergantung dari bermacam faktor.

Faktor Cuaca di atas permukaan laut

Matahari dan Bulan
Terik tidaknya matahari pada siang hari kadang mempengaruhi kegiatan ikan. Memancing yang baik adalah saat menjelang pagi atau subuh, dimana secara biologis ikan baru keluar dari tidurnya dan mencari makan. Diteruskan hingga siang hari teriknya matahari yang terus bersinar tanpa adanya mendung dan gelap.
Sedangkan di malam hari berpengaruh kepada ada atau tidaknya bulan. Pada malam hari memancing ikan yang baik adalah pada saat tidak ada bulan atau dengan kata lain pada saat tidak ada sinar. Karena air laut itu mengandung garam maka jika ada sinar bulan pada malam hari akan menyebabkan senar pancing yang ada di dalam air laut akan terlihat seperti menyala, itu diakibatkan karena adanya sinar atau cahaya dari atas permukaan air. Tetapi untuk memancing cumi-cumi atau udang lebih sering dilakukan pada malam hari justru disaat ada bulan adalah saat yang paling baik, karena hewan-hewan ini sangat tertarik kepada cahaya yang menyebabkan mereka mengumpul di permukaan laut disaat ada bulan. Itu sebabnya mengapa nelayan pada malam hari menggunakan lampu atau petromak untuk mencari ikan kecil, udang dan cumi-cumi.

Angin, Ombak dan Awan
Kecepatan angin juga mempengaruhi kegiatan ikan, karena besar tidaknya ombak adalah akibat dari tiupan angin. Dari tiupan angin akan mengakibatkan adanya ombak dan juga bisa berpengaruh kepada ada atau tidaknya awan. Jika memancing di tengah teluk yang curam disaat ombak besar ikan-ikan yang lebih kecil biasanya akan menuju ke teluk yang mengakibatkan ikan-ikan besar juga ikut ke dalam teluk untuk mencari mangsa.
Pemancing sedang berusaha menarik seekor ikan Marlin yang telah lemas ke sisi kapal untuk diangkat ke geladak kapal
Aliran angin juga tergantung dari cuaca dan musim. Jika mendung dan matahari terhalang atau redup, ikan laut juga biasanya akan berenang dan berada lebih kedalam air atau bahkan ke dasar laut. Disaat hujan atau musim hujan, ikan laut cenderung lebih sedikit karena salinitas air laut atau kadar garam pada air laut berkurang yang disebabkan oleh banyaknya air tawar yang terbuang ke permukaan laut juga ditambah oleh aliran muara sungai tempat air tawar terbuang ke tengah laut dan mengakibatkan ikan menuju ke tengah laut, ke dasar laut atau bersembunyi dikarang. Sedangkan jika hujan terjadi di tengah laut dan hanya sebentar apalagi ketika hujan baru reda kadang ikan akan bertambah lapar dan agresif.

Faktor Cuaca di dalam air laut

Suhu air laut
Suhu air laut sangat berpengaruh pada ikan, jika terlampau panas ikan akan lebih ke dalam laut atau ke tengah laut untuk mencari suhu yang lebih dingin, tetapi pada suhu yang agak tinggi ikan akan lebih agresif dalam mencari makan. Sedangkan jika suhu air laut terlampau dingin, ikan akan kurang dalam selera makan dan kurang begitu agresif. Suhu air laut daerah tropis berkisar antara 26 - 35 derajat celcius sedangkan pada daerah kutub bisa mendekati nol derajat celcius.

Arus air laut
Arus air dipengaruhi oleh keadaaan laut sekitarnya. Banyak kejadian pada saat situasi angin lemah, arus air bisa kencang atau pada saat angin kencang arus air dalam laut justru lemah. Jadi arus air tidak dipengaruhi oleh angin.
Jika arus air laut kencang dapat terlihat pada mancing dasar oleh miringnya senar pancing ketika timah pemberat umpan pancing dan mata kail sudah menyentuh dasar laut. Madang mata kail dapat bergeser sangat jauh atau bahkan tidak dapat menyentuh dasar laut.
Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan memberi pemberat yang lebih besar. Seperti layaknya udara, air laut bergerak dari yang bersuhu dingin menuju ke suhu yang lebih hangat. Pada daerah pertemuan kedua arus inilah biasanya ikan banyak berkumpul.

Kejernihan air laut
Faktor kejernihan atau kekeruhan air laut juga patut diperhitungkan. Kadang kekeruhan air yang buruk atau banyaknya sampah dapat menyebabkan ikan berkurang. Saat yang lebih baik adalah pada keadaan laut sekitarnya bening dan berwarna biru terang dan matahari bersinar terik. Kadang perbedaan warna laut bisa diakibatkan oleh sinar matahari yang redup atau terhalang oleh mendung, hal ini dapat menyebabkan air laut terlihat keruh.